Wednesday, January 30, 2008

Jaringan Kerja Film Banyumas

Image and video hosting by TinyPic
http://jkfb.wordpress.com/

Film Banyumas Sepanjang 2007; Membanggakan tapi Belum Menggembirakan

”Televisi adalah sastra rakyat hari ini,” kata Garin Nugroho. Bila saat dimulainya revolusi Gutenberg, buku dinamai sebagai jendela dunia, peran itu kini telah diambilalih oleh televisi. Dan televisi sangat membutuhkan produksi beragam jenis tayangan, satu diantaranya sajian film. Akan tiba waktunya, film-film produksi berbagai komunitas lokal menghiasi layar kaca, berderet bersama film impor.

Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 ‘toh’ telah menetapkan sistem televisi jaringan yang mematok kian banyak tayangan lokal. Sehingga tentu membanggakan jika anak-anak muda yang lahir dari rumpun kebudayaan Banyumasan sudah mendahului jaman dengan memperkenalkan kategori Film Banyumas kepada publik. Setidaknya di tingkat nasional, dengan jumlah keikutsertaan festival film mencapai puluhan, film Banyumas tak luput dari perhatian.

Komunitas film yang secara samar mulai muncul di Purwokerto tahun 1999, kini telah menjadi jamak di Kabupaten Purbalingga dan Banyumas. Cilacap dan Banjarnegara, dengan jumlah komunitas yang lebih sedikit pun tak jemu-jemunya menggelar kegiatan. Keikutsertaan sineas Purbalingga pada Festival Film Eropa, dan undangan untuk Komunitas Sangkanparan dan sineas SMA 1 Cilacap di ajang Pusat Kebudayaan Prancis, menandai langkah maju di lingkungan penikmat film internasional.

Purbalingga Film Festival 2008

Purbalingga Film Festival 2008
Gelanggang Mahesa Jenar Purbalingga, Jawa Tengah.
16-18 Mei 2008

Festival Film Purbalingga merupakan program tahunan Cinema Lovers Community sebagai salah satu bentuk komitmen terhadap perkembangan film pendek di Indonesia. Festival ini pertama kali digelar pada Juli 2007 dengan nama Parade Film Purbalingga.

Festival Film Purbalingga 2008 dikonsepsikan menjadi sebuah pesta perayaan film-film pendek pilihan dari berbagai kota di Indonesia melalui program-program yang dihelat. Pada titik inilah tercipta kancah pertemuan bagi para seniman visual, komunitas film dan publik peminat.

Keseluruhan rangkaian program bersifat terbuka untuk publik, tanpa biaya tiket.

http://purbalinggafilmfest.blogspot .com

Lomba Penulisan Essai Tentang Pelestarian Film Indonesia Tahun 2008

Ditujukan kepada :

1. Mahasiswa
2. Pustakawan
3. Masyarakat Umum Uraian : Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Sinematek Indonesia mengadakan lomba penulisan essai tentang pelestarian film Indonesia.

Topik/Tema Penulisan :
Pendapat, pandangan dan kritik terhadap pelestarian film di Indonesia.

Persyaratan Peserta :

1. Mahasiswa, pustakawan dan masyarakat umum.
2. Melampirkan fotokopi KTP/SIM/Kartu Mahasiswa/Kartu Karyawan/identitas lain.
3. Melampirkan daftar riwayat hidup.
4. Melampirkan pas foto ukuran 3×4 sebanyak 2 lembar.


Nonton Komidi Sorot di Banyumas
Image and video hosting by TinyPic

Siapa pernah menyangka jika di satu wilayah yang dianggap jauh dari jamahan industri budaya pop meluncur sebuah festival film. Karnaval Film Pendek Banyumas 2007 pada 7 Desember lalu, yang memutar film-film karya para pekerja film asal Cilacap, Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara, seperti menjadi wahana baru menyatakan diri.

Direktur Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB) Sigit Harsanto menuturkan, sebagian besar film-film yang diproduksi di wilayah mereka berangkat dari realitas kultural lokal yang khas dan unik. “Hampir semua menggunakan bahasa Banyumasan,” ujar Sigit. Film-film itu diputar berdampingan dengan film-film produksi Eropa dari desa ke desa. Jika kebanyakan orang menyebut istilah layar tancep untuk menonton film, di wilayah sekitar Banyumas disebut komidi sorot. “Penontonnya bisa ratusan, bahkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan pemutaran di kampus,” kata Sigit.

Dalam waktu yang nyaris berbarengan digelar pula festival-festival film dalam skala lebih besar dan mapan, seperti Jakarta International Film Festival (JiFFest), Festival Film Indonesia (FFI) di Riau, dan Festival Film Dokumenter (FFD) di Yogyakarta. Sebelumnya juga sudah digelar Jogja- NETPAC Asian Film Festival di Yogyakarta, Festival Film Asia Afrika, Queer Film Festival, dan LA Light Indie Movies di beberapa kota. Bahkan, jaringan bioskop teranyar Blitzmegaplex merasa perlu melakukan hal sama. Mereka, misalnya, menggelar Screamfest Indonesia, Festival Film Fantastik, dan Festival Film Korea.

No comments: